Day 44 : Mengulas "Keramik Masjid untuk Ibu" Karya Mairoza HR

            


            Hai gengs ... kali ini saya akan mencoba untuk mengulas sebuah cerpen yang saya buat sendiri tahun lalu, tepatnya pada tanggal 19 Mei 2019. Kebetulan cerpen itu adalah hasil buah pikiran saya sendiri yang mana mengharuskan memasukkan kata kunci #keramik kedalam tulisan. Tulisan itu adalah hasil karya pertama kali saya mengikuti Ramadhan Writing Challenge, salah satu kegiatan  yang diadakan oleh One Day One Post. Sebenarnya saya sudah seharian mencari cerpen yang pas, lagi pula waktu sudah mendesak, saya tak juga menemukan cerpen karya teman-teman squad blog yang klik di hati, akhirnya saya memutuskan untuk membuka kembali album lama a.k.a tulisan lama yang saya posting di blog setahun yang lalu. Voila! saya pun memutuskan untuk mengulas salah satu cerpen yang berjudul "Keramik Masjid untuk Ibu". Semoga berkenan ...


            Cerpen ini berjudul "Keramik Masjid untuk Ibu" Karya Mairoza HR, kesan saya membaca ulang cerpen ini adalah kok bisa ya saya bikin tulisan seperti ini? Saya merasa kagum sendiri, bukan pada diri saya namun pada proses yang telah saya lalui bersama One Day One Post. Saya merasa saya banyak berkembang melalui komunitas ini. Semoga kedepannya lancar dan saya bisa mewujudkan impian saya tahun lalu yaitu bergabung dan menjadi member ODOP, Amiinn ....


Baiklah, langsung saja kita kupas ... here we go!

Unsur Intrinsik


1. Tema : Tekad seorang anak yang ingin membahagiakan ibunya walau dengan cara yang salah.
        Pada awal paragraf penulis menggambarkan keadaan  dan kondisi kehidupan serta ibunya yang sakit-sakitan, namun tokoh utama ini sangat ingin membelikan obat untuk ibunya namun terkendala ekonomi sehingga ia tak bisa menebus obat ibunya.

2. Tokoh : Ammar, Ibunya, Marbot dan Dokter.
Penokohan : 
        Semua tokoh di deskripsikan secara dramatik yaitu secara tersirat. Tampak dari cerita itu bahwa tokoh Ammar di gambarkan sebagai anak yang menyayangi ibunya, meskipun ia harus mencuri ia rela agar ibunya sehat ia juga digambarkan sebagai anak muda yang sinis terhadap orang kaya yang lebih memilih memberikan bantuan pada masjid padahal ia dan keluarganya lebih membutuhkan. Marbot di gambarkan sebagai sosok yang jujur, ramah dan ceplas-ceplos. Ibu Ammar yang digambarkan sebagai sosok yang pasrah dan menerima kenyataan.

3. Alur : Cerpen ini memiliki alur maju karena cerita secara berurutan dikisahkan dari awal hingga akhir.

4. Setting/Latar : Disebuah rumah yang tampak kumuh di belakang masjid dengan suasana yang tenang.

5. Sudut Pandang : orang pertama (Penulis menempatkan diri di dalam cerita)

6. Gaya Bahasa : Bahasanya sederhana dan mudah dipahami

7. Amanat : Terkadang meminta tolong pada orang lain lebih baik dibandingkan harus menempuh cara yang salah.

Unsur Ekstrinsik


1. Latar Belakang Masyarakat

        Saya melihat ada kesenjangan sosial dalam cerpen ini, di mana seorang anak laki-laki yang berusaha untuk menyembuhkan dan menebus obat untuk ibunya namun tak memiliki uang sepeser pun untuk menebusnya. Padahal bantuan digelontorkan pada sebuah masjid namun keadaan orang-orang sekitar seperti tak peduli. Hal ini biasanya kita temukan pada keadaan kota metropolitan yang penuh sesak, berhimpit-himpitan, dan terdaapt berbagai macam kesenjangan sosial di sana. Saya rasa hal itulah yang mempengaruhi terciptanya cerpen tersebut.

2. Latar Belakang Penulis

        Penulis pernah tinggal di daerah Bekasi dan sering mengunjungi kakaknya yang tinggal di Jakarta. Ia melihat tempat tinggal kakaknya sama seperti yang digambarkan pada latar belakang sebelumnya. Penduduknya padat, tinggal di gang-gang yang sempit. Kondisi atau pengalaman yang di alami penulis rasanya bisa menjadi latar belakang terciptanya tulisan tersebut.

3. Nilai yang terkandung dalam cerpen

        Nilai yang terkandung dalam cerpen ini, salah satu diantaranya adalah Nilai Agama yaitu mencuri walaupun untuk kebaikan tetap tidak bisa dibenarkan karena mengambil yang bukan haknya perbuatan tidak terpuji, Nilai ini pun berkaitan dengan Nilai sosial.

        Bagi saya cerpen ini cocok untuk dibaca dari kalangan mana saja, bisa sambil menemani minum kopi atau teh sambil mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan bahwa samapai detik ini masih diberikan kecukupan.

Comments

  1. Keren dong, bisa kepikiran pakai tugas kemarin buat cerpen yang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. habisnya waktu udah mepet kang ... hihihi terima kasih sudah mampir...

      Delete

Post a Comment

Popular Posts