Day 38 : Di Penghujung Senja
Semua wajah tampak lelah, kutatap mata mereka satu persatu, mereka mencoba untuk menghiburku tapi aku tahu kalian terluka dengan keadaanku. Aku tahu kalian merasa terbebani mengurusiku, tapi sungguh ini bukan mauku. Jika boleh meminta pada sang pemilik waktu, ingin rasanya ia mencabut nyawaku secepat mungkin agar tak lagi menyusahkan kalian, istri beserta anak-anakku.
"Yah, makan ya ... sesuap saja. Supaya Ayah ada tenaga." Anak sulungku membujuk aku tetap menggeleng.
"Nanti kalau Ayah tak juga makan kita akan bertambah lama di rumah sakit dan tak kunjung pulang." Anak ketiga ku ikut membujuk, aku masih menggeleng.
"Kalau Ayah mau makan satu suap saja dan mulai ada tenaga besok kita bisa minta dokter untuk pulang, Ayah sudah ingin pulang kan?" Istriku mulai memberikan bujukan pamungkas.
Ya, aku sudah sangat ingin pulang namun seleraku untuk makan tak kunjung tiba. Setiap kali aku mencoba untuk menelan makanan di tenggorakan terasa mau muntah. Sungguh, bukan inginku untuk tak makan, aku merasa tak kuasa untuk menelan makanan itu barang sesuap. Akhirnya kucoba untuk mengikuti permintaan istri dan anak-anakku untuk makan dengan menganggukkan kepala tanda setuju. Tampak wajah mereka seketika menjadi cerah, semudah itu ternyata membuat mereka bahagia. Namun seperti biasa, setelah menelan dua sendok bubur nasi yang dicampur kuah sayur kembali kumuntahkan. Semburat kecewa menghiasi wajah mereka, akhirnya kupalingkan wajah karena tak tahan melihat kekecewaan itu.
Aku tak sekuat dulu ketika masih muda, kini berjalan saja aku tak kuasa, hanya bisa mengandalkan anak-anakku untuk membopong tubuh renta ini. Aku tahu kalian semua lelah menghadapiku namun aku tak mampu menolaknya. Saat kalian masih kecil belum bisa berjalan aku yang menggendong dan membopong tubuh mungil itu. Kini di masa tua ku kalian harus bersusah payah mengurusiku dan juga keluarga kalian. Maafkan ayah nak, istriku. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah melapangkan rezeki kalian, meluaskan kesabaran kalian dalam mengurusiku. Semoga apa yang kalian lakukan mendapatkan kebaikan kelak di masa yang akan datang.
Istriku, maafkan aku telah menyusahkanmu. Aku sungguh berterima kasih Allah telah berikan aku istri sekuat dan setegar dirimu. Kau selalu setia mendampingiku baik dalam keadaan susah sampai anak-anak kita dewasa, ke rumah tangga dan sukses seperti sekarang, tak sedikitpun kau mengeluh. Jika nanti aku bertemu dengan sang Khalik, akan aku sampaikan bahwa kau adalah istri yang soleha dan aku berharap dapat berkumpul bersamamu di syurga kelak.
Comments
Post a Comment