Day 7 : Sepenggal Cerita

Senja sudah menari-nari diufuknya, pertanda malam akan segera turun dari singgasananya. Sebagian anak- anak telah berada di dalam rumahnya yang hangat, ditemani kedua orangtua menikmati malam dalam kehangatan keluarga. Tetapi tidak bagi Arya, anak laki-laki ini masih harus mengais plastik-plastik basah yang kemudian harus ia keringkan sebelum diserahkan kepada tengkulak. Arya sudah menjalani aktivitasnya ini sejak 5 tahun yang lalu, setelah kepergian kedua orang tuanya. Sampah telah menjadi makanan sehari-harinya, sedangkan Tempat Pembuangan Sampah sudah menjadi taman bermainnya.

Semenjak kepergian kedua orang tuanya, ia hidup bersama bibinya yang sehari-hari hanya ongkang-ongkang kaki dirumah, sedangkan Arya harus berjuang mencari uang untuk membayar hutang orang tuanya. Ayah dan Ibunya meminjam uang pada bibiknya tanpa mampu mengembalikan sampai mereka tiada.Tak pernah ada sarapan di pagi hari, ia harus menahan lapar sampai hasil pulungnya dijual kepada tengkulak. Maka pagi itu ia segera melangkahkan kakinya menuju Tempat Pembuangan Sampah, melewati macetnya jalanan kota yang sudah berdesak-desakkan berburu dengan waktu.

"Malam ini jangan pulang kalau cuma dapat uang sedikit. Mendingan kamu tidur diluar kalau pulang gak bawa apa-apa"

Ucapan bibinya masih terngiang di telinganya, ia berharap hari ini ia dapat menemukan banyak sampah agar malam ini ia dapat tidur di atas tempat tidur. Ia tak dapat membayangkan harus kembali tidur diluar beralaskan kardus bekas. Sesampainya di Tempat Pembuangan Sampah, Arya cepat-cepat memakai sarung tangan yang biasa ia gunakan. Akan tetapi ia merasa ada hal yang lain dari biasanya, di tempat pembuangan sampah terlihat sepi. Tak ada satupun pemulung padahal matahari sudah tinggi. Namun ia tak peduli, yang ia pikirkan saat ini adalah mendapatkan banyak sampah.

Lima menit berlalu, Arya memegangi perutnya karena terasa melilit. Semakin lama semakin terasa sakit, bibirnya mulai pucat. Ia berusaha untuk berdiri akan tetapi kepalanya terasa sangat pusing. Tiba-tiba pandangannya kabur dan tumbang. Hampir tiga jam Arya pingsan dan tergeletak diantara sampah-sampah.

Tiba-tiba muncul suara bising dari kejauhan, beberapa alat berat Tendem Roller bergerak ke arah Tempat Pembuangan Sampah. Ternyata hari itu sudah ada pemberitahuan dan pengumuman bahwa lokasi tersebut akan diratakan dan di relokasi karena terlalu dekat dengan pemukiman warga. Sedangkan Arya tak pandai membaca, ia menghiraukan pengumuman yang telah dibuat di depan gerbang Tempat Pembuangan Sampah. Alat berat terus melaju ke arah tumpukan sampah dan dalam hitungan jam, gunung sampah telah rata bersama Arya.

Setelah meratakan sampah, alat berat meninggalkan sampah-sampah dan Arya. Malam ini dan seterusnya, Arya tak pulang kerumah bibinya karena ia tak mendapatkan sampah.

Comments

  1. baguuussss.. mengena sekali tulisannya, dan pas banget pemilihan tema tulisan dengan kata kunci tantangannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, masih belajar kak 🙏🙏🙏

      Delete
  2. lanjutan yg kemarin kah kak? apa beda..
    keduanya bagus semua, latarnya dapet, ngena

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi... Sebenernya Sepenggal Cerita dulu, lanjutannya Penggalan Cerita yang Hilang ... 🙏🙏🙏

      Delete
  3. Masih belajar kak 🙏🙏🙏

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts