#Day26 : Re-u-ni (Rendra Menunggu Nunik)

"Dek, kok undangannya cuma dilihatin aja?"

Perkataan suamiku membuyarkan lamunan, aku merasa enggan untuk membuka undangan itu. Undangan Reuni yang kesekian kalinya yang dikirim kerumah. 

"Aku ngizinin loh dek kalau kamu mau datang, apa kamu gak kangen sama teman-teman SMA-mu?"

Aku menghela nafas, masih belum merespon izin yang diberikan suami.

"Gak kasian apa sama temen-temenmu yang sudah tiga kali mengundang untuk Reuni tapi kamu gak pernah mau datang?"

"Bukannya gak mau datang mas, aku tuh males."

"Males kenapa? Kan minggu depan juga acaranya, Mas juga ada dinas ke luar kota. Kamu di rumah sendirian."

"Ya sudah, nanti Nunik Pikirin dulu."

Akhirnya kuputuskan bahwa aku akan mengikuti Reuni SMA dan meminta agar tak memberi tahu Rendra bahwa aku akan datang. Ya, Rendra... Dialah alasan utama kenapa aku tak pernah mau ikut Reuni. Sudah enam tahun sejak kami berpisah, mungkin ini kali pertama aku akan bertemu kembali dengannya. Kudengar ia masih melajang dan sudah menjadi pengusaha sukses. Aku tak ingin ia berharap lebih atas kedatanganku kali ini. Dan hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami akan mengadakan Reuni di sebuah Resto yang cukup ternama di Jakarta.

"Akhirnya, kamu datang juga nik. kangen tau..." Sapa seorang teman pada saat aku baru memasuki Resto.

"Maaf ya, belakangan aku agak sibuk jadi baru sempat hadir sekarang", jawabku berdalih.

"Iya, gak apa-apa... syukur deh kamu datang kali ini. si Rendra cerewet banget namyain kamu nik. Dia pasti seneng sekali kalau tau kamu datang"

Aku hanya bisa tersenyum getir sambil berlalu dan bergabung dengan teman-teman yang lain. Berusaha menghindari Rendra. Berharap ia tak perlu datang dan mengungkit semuanya.

Aku cukup kaget ketika tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. Dan begitu menoleh ternyata Rendra sudah berdiri dibelakangku dengan pakaian kemeja dan celana bahan dengan warna senada, abu-abu, warna kesukaanku. Ia masih sama seperti yang dulu. Masih tetap tampan. 

"Nunik kan?"

"Iya..."

"Apa kabar Nik? Senang bisa ketemu kamu lagi."

"Baik, alhamdulillah..." jawabku seadanya.

"Ayo ngobrolnya sambil duduk..."

Aku pun mengekorinya ke tempat duduk tanpa mengatakan iya.

"Aku senang bisa ketemu kamu lagi, kamu sudah berubah dari terakhir kita bertemu."

"Apanya yang berubah Ren?"

"Tambah cantik"

"Apaan sih ... kayak anak SMA aja..."

"Aku seneng kalau kamu manyun gitu, tambah cantik"

"Udah deh Ren ...." 

"Oke, oke... sorry."

"Ngomong-ngomong kamu udah nikah Ren?"

"Belum Nik"

"Kenapa? Jangan bilang gak ada yang mau sama kamu ya. Secara, kamu kan sudah mapan."

"Karena aku masih belum bisa move on dari kamu Nik"

"Mulai deh... kamu kan tau aku sudah me ..."

"Tau Nik, tau... "

"Kalau tau kenapa masih bilang ..."

"Kamu gak bisa maksa aku untuk berhenti mencintai kamu Nik, ini hak aku..."

Aku terdiam, tak bisa berkata-kata. Perlahan ia menyentuh tanganku. Kurasakan ada aliran listrik menyengat dari ujung tanganku. Pertanda apa ini? Apa sisa-sisa cinta itu masih ada? Cepat kutangkis tangan Rendra.

"Sorri aku mau ke kamar mandi dulu".

Lama kuhabiskan waktu ku di kamar mandi, mengulur waktu agar acara reuniannya bisa cepat selesai. Ketika aku keluar ternyata Renda menungguku di depan kamar mandi.

"Nik, hati ku gak tenang sejak kita berpisah. Ditambah lagi saat aku mendengar kamu sudah menikah. Beri aku kesempatan satu hari saja kita menikmati waktu bersama. Menjawab pertanyaan di dada, apakah sisa-sisa perasaan itu masih ada? Jika kamu tak lagi merasakannya anggap saja hari,ini adalah bonus bagiku yang terakhir kalinya bersama mu. Aku akan menerima apapun keputusanmu."

"Tapi Ren, aku su ..."

"Please Nik, beri aku kesempatan. Hari ini saja."

Entah setan dari mana yang membisikkan ditelingaku agar menyetujui permintaan Rendra, untuk melupakan status kami masing-masing saat ini dan mencari tau bagaimana perasaan kami.

Kuulurkan tanganku tanda setuju dan Rendra langsung meraihnya. Aku mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba aku merasa seseorang meraih tangan kiriku dari belakang dan mengenal suara yang memanggilku, yang seketika menghentikan langkahku.

"Tega kamu dek..."

Mataku terbelalak mengetahui Mas Bintanglah yang menarik tanganku.

Mataku mulai panas, bulir air mata pun terjatuh... Aku merasa sudah tertangkap basah berselingkuh dengan Rendra.

"Mas, aku bisa jelasin Mas..."

Mas bintang melepas tanganku dan berlari keluar dari kerumunan. Aku masih berteriak memanggil namanya.

"Mas, mas Bintang... Tunggu ..."

"Dek, kamu kenapa? Bangun dek ..."

Aku terbangun, kulihat sekelilingku aku masih berada dikamar dengan mas Bintang. Segera kupeluk suamiku.

"Mas, maafin aku ya..."

"Maaf kenapa dek? Kamu mimpi buruk ya? Sudah, mas kan di sini."

"Iya, aku mimpi buruk mas."

"Sudah tidur lagi, jangam lupa baca doa supaya gak mimpi buruk lagi."

Aku bersyukur ini hanya mimpi...


Comments

Popular Posts