#Day19 : Sebuah Jawaban dari Kegelisahan
Aku beruntung
memiliki Emir, ia lebih berani dibandingkan tubuhnya yang mungil itu.
“Kalau ibuk gak
liat dia itu abang Ammar atau enggak ibuk akan terus-terusan merasa bersalah”.
Perkataan Emir membuyarkan
lamunanku.
“Tapi Bang ....
ibuk takut kalau dia itu memang benar bang ...”
“Kalau ibuk gak
liat sendiri, ibuk pasti akan terus menduga-duga. Emir tau sudah berapa kali
ibuk mimpi buruk.”
“Tapi ...”
Emir menggeleng
tanda ia tak kan setuju dangan sanggahanku, dan akhirnya aku mengikuti seorang
petugas yang memanduku ke sebuah ruang. Ketika membuka pintu, aku melihat mayat yang terbujur kaku yang diduga adalah Ammar. Perlahan aku berjalan ke arah mayat itu. Kubuka sedikit
kain penutup mukanya, darah beku terlihat dikepalanya. Kukuatkan diriku untuk
terus membuka sampai ke dagu.
“Bagaimana bu? Apa
dia orang yang ibu cari?”
Aku menggelengkan
kepala pada pak polisi, tanda orang yang membujur kaku itu bukan yang kucari. Lega, keyakinanku bulat. Ammar selamat. Tapi dimana?
“Bukan bang Ammar
kan bu?”, kembali suara Emir mengagetkanku. Kubalas pertanyaan Emir dengan
sebuah gelengan kepala.
“Sudah masuk
waktu Zuhur, kita laporan dulu. Supaya nanti dibantuin cari abang Amarnya ya
buk...”
Senyum Emir
laiknya pengobat lukaku. Kami pun keluar dari kantor polisi dan mencari
Musholla atau Masjid terdekat. Setelah menemukan sebuah Musholla kami pun
segera masuk dan mengambil wudhu. Emir menarik tanganku, “Ibuk ada kotak amal. Emir
mau masukin uang ke kotak amalnya buk.” Ia pun berlari ke arah kotak amal
sedangkan aku sibuk mencari receh di dalam dompetku. Tiba-tiba Emir berteriak.
“Ibuk, ada orang
meninggal... Ibuk...”
“Mana nak?”
segera kuhampiri Emir dan memeriksa orang tersebut. Ku periksa denyut nadinya,
masih ada tapi agak lemah. Aku tak bisa melihat wajah orang ini karena tertutup penutup kepala. Jantungku
serasa akan loncat dari tubuhku setelah membuka penutup kepala dan melihat ternyata yang terbaring kaku
itu adalah Ammar.
Segera kularikan Ammar ke puskesmas terdekat. Selama perjalan menuju puskesmas tak henti-hentinya
aku mengucap syukur karena telah menemukan Ammar. “Mbak, aku janji, akan aku jaga Ammar sama
seperti aku menjaga Emir”.
Comments
Post a Comment