#Day17 : Bersama Kesulitan ada Kemudahan
Malam ini adalah
malam ke-17 Ramadhan, kabar tentang kecelakaan bus yang ditumpangi Ammar masih
menyisakan getir dihatiku. Perasaanku masih menolak hal ini terjadi. Aku masih
sibuk di kamar menelpon siapa saja yang bisa kutelpon demi mendapatkan kabar
Ammar. Dari mulai nomor handphone nya sampai nomor loket busnya, namun sia-sia.
“Ya Allah, kenapa
sulit sekali sekali menghubungi mereka.”
Akhirnya kubulatkan
tekadku untuk pergi sendiri ketempat kejadian dan menitipkan Emir pada bu siti
tetangga sebelah rumah.
Sayup-sayup
kudengar suara Emir mengaji diruang
sholat, aku tertegun. Ayat yang Emir bacakan seolah-olah perlahan mengobati
kegelisahanku.
“Fa inna ma’al-‘usri
yusro (Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan)”
“Inna ma’al-‘usri
yusro (Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan)”
Seiring dengan
ayat yang Emir bacakan membawaku keruang sholat dan kini sudah berada
dibelakangnya. Ia menoleh dan meraih tanganku untuk duduk. Ia hapus air mataku
dan berkata,
“Kata Ustad,
malam ke-17 Ramadhan adalah malam Nuzulul Quran. Katanya lagi, malam Nuzulul
Quran itu adalah malam dimana Al-Quran diturunkan. Makanya ustad Emir
menganjurkan untuk membaca Al-Quran buk. Jadi, ibuk jangan sedih lagi ya. Kita bacakan
Al-Quran sambil berdoa supaya abang Ammar selamat dan bisa berkumpul lagi sama
kita, ya buk ya...”
Aku mengangguk
dan mengambil wudhu sebelum mengaji bersama Emir. Hatiku terasa lebih plong
membaca Al-Quran kali ini. Tiba-tiba pintu rumah diketuk. Aku menghentikan
bacaanku dan beranjak untuk membuka pintu. Aku terkejut
setengah mati melihat siapa yang tengah berdiri di depan pintu.
“Buk, maafkan
Ammar ya sudah buat ibuk cemas”.
Aku tak memperdulikan
perkataan Ammar, aku langsung memeluknya menangis dalam pelukannya. Aku bersyukur
masih bisa melihatnya. Aku bersyukur masih dapat memeluknya.
“Buk, ibuk...
bangun buk... ibuk kenapa mengigau?” panggil Emir membangunkan.
Aku terbangun dan
langsung menanyakan Ammar pada Emir.
“Abang Ammar mana
bang? Abang Ammar tadi kesini kan? Kemana dia bang?”
“Gak ada bang
Ammar buk, tadi ibuk habis baca Quran ibuk ketiduran. Makanya Emir bangunin
ibuk”
“Berarti, tadi
ibuk Cuma mimpi bang?”
Emir mengangguk. Kami
mematung selama beberapa detik.
“Bang, ikut ibuk
ya. Kita harus cari tau keberadaan bang Ammar selamat atau tidak. Ibuk gak bisa
berdiam diri seperti ini terus”.
Malam itu, malam
Nuzulul Quran, hatiku tak henti-hentinya membacakan surat Al-Insyirah yang
meyakinkan hatiku bahwa bersama kesulitan akan ada kemudahan. Semoga keyakinan
ini membawa kembali Ammar padaku. Bismillah.
Comments
Post a Comment