Day 7 : Renjana untuk Syahidan

 Sebuah Keyakinan Bagian Tiga


          Malam itu, mata Iren tak bisa terpejam barang sedikit pun. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur lalu menutupi wajahnya dengan kedua lengan. Permintaan Ayahnya selalu terngiang ditelinga Iren. Di dunia ini hal yang ingin Iren wujudkan adalah kebahagiaan Ayahnya seorang. Bagi Iren, Ayahnya adalah Dunianya, Ayah dan juga Ibunya. Meskipun Ibu Iren telah tiada sejak ia masih di bangku Sekolah Dasar, Ayahnya berusaha memberikan cinta yang penuh pada anak-anaknya baik sebagai seorang Ayah maupun Ibu. Begitupun dengan pendidikan anak-anaknya adalah prioritas utama. Maka, selain ia harus menyelesaikan studinya apakah ia harus menerima pinangan Idan untuk membahagiakan Ayahnya? 


          "Ya Allah, berilah aku petunjuk, " Gumam Iren sambil memejamkan matanya. 


          Tiba-tiba ia teringat kakaknya Ira, ia segera mengambil telepon pintarnya lalu mencari nama kakaknya pada daftar telepon setelah itu menekan tombol panggil, lama panggilan Iren tak diangkat, ia mulai menyerah dan berniat untuk mengakhiri panggilan, tetapi saat panggilan hampir berakhir dari ujung telepon suara lembut kakaknya menyejukkan hati Iren. 


          "Assalamualaikum dek, ada apa tiba-tiba telepon, ada yang penting kah? " Salam kakaknya dan langsung memberondong dengan pertanyaan. 


          "Waalaikum salam kak, maaf Iren ganggu ya?" Jawab Iren dan langsung tak enak hati takut mengganggu waktu istirahatnya. 


          "Enggak apa-apa dek, kakak cuma heran aja gak biasanya kamu telepon selarut ini. Kakak kebetulan baru selesai Salat Tahajud. Kamu udah Salat? Jelas Ira. 


          "Tadi sih udah, cuma Iren lagi bingung banget nih kak, gak tau mau cerita dan minta pendapat siapa, terus Iren ingat Kakak makanya langsung telepon." Tutur Iren. 


          "Memangnya ada apa dek? Cerita aja sama kakak. " Ira berusaha untuk menenangkan Iren. 


          "Jadi ... Dua minggu yang lalu Iren dilamar bang Idan. Kakak kenal Bang Idan anaknya Pak Mirza kan?" Tutur Iren. 


          "Alhamdulillah dek, iya ingat dia sekelas sama kakak sewaktu SD, terus masalahnya di mana dek?" Tanya Kak Ira. 


          "Iren masih ragu kak? Apakah dia benar-benar jodoh Iren? Iren takut salah dalam mengambil keputusan, " Tutur Iren. 


          "Dek, masih ingat Surah Albaqarah ayat 216? Kakak ingatkan lagi ya, Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)


          Iren tertegun mendengarkan arti dari ayat yang dibacakan Kak Ira, "Mungkin saat ini Iren merasa lamaran Idan bukan yang terbaik saat ini, tetapi menurut Allah inilah yang terbaik untuk kamu Dek, kita gak tau hikmah dibalik semua ini, " Lanjut Kak Ira. 


          "Iya Kak, Iren paham, " Balas Iren. 


          "Kakak mau tanya lagi, Iren sebenarnya juga cinta kan sama Idan?" Tanya Ira. 


          Iren terdiam sejenak, " Jujur aja dek, kakak tau kamu juga cinta sama dia hanya saja kamu takut kuliah kamu akan terbengkalai kalau kamu menerima lamaran ini. Ingat Dek, Allah sudah mempersiapkan yang terbaik untuk kamu. Idan pria yang bertanggung jawab, ia juga seorang sarjana meski hanya Diploma 3, ia akan mengusahakan yang terbaik untuk studimu," Jelas Ira panjang lebar. 


          "Makasih kak atas nasehatnya, semoga Iren bisa memberikan keputusan yang terbaik bagi Bang Idan, " Jawab Iren. 


          "Amiin ... Bismillah saja Dek, luruskan niat. Jika tujuannya untuk beribadah dan membahagiakan Ayah, insyaAllah akan dipermudah dan dilancarkan." Imbuh Ira. 


          "Sekali lagi makasih ya kak, Iren jadi lebih tenang mendengar kata-kata Kak Ira. Ya sudah, Kakak istirahat dulu maaf sudah ganggu kakak malam-malam begini, wassalamu alaikum, " Iren mengakhiri pembicaraan. 


          "Iya sama-sama Dek. Waalaikum salam ... " Jawab Ira.

          Keesokan paginya, setelah Salat Subuh Iren meyakinkan dirinya untuk kesekian kali bahwa ini adalah keputusan terbaiknya. Ia mulai membereskan rumah, kemudian membuatkan nasi goreng untuk sarapan pagi dengan menonton Youtube. Akibatnya, dapur terlihat seperti habis berperang. Namun Iren puas dengan hasilnya, setelah selesai ia segera menata nasi goreng di atas meja makan dan merapikan dapur seperti sedia kala. 


          Ayah yang sudah rapi pagi itu terkejut melihat perubahan yang terjadi pada anak perempuannya. 


          “Masyaallah ... Anak gadis Ayah sepertinya sudah siap jadi seorang istri nih,” Canda Ayah Iren. 


          “Ah, Ayah bisa aja. Ayo Yah dicobain masakan buatan Iren. Butuh perjuangan yang besar loh Iren masaknya, jadi tolong dihargai ya, kalau kurang enak bilang aja enak ya Yah, heheh ... “ Canda Iren. 


          “Iya, iya... Anak Ayah emang yang paling oke lah. Oiya, sana panggil calon suamimu ajak sarapan bareng,” Perintah Ayah Iren. 


          “Ih, Ayah apaan sih. Becanda terus dari tadi.” Gerutu Iren sambil beranjak dari meja makan ke kamar tamu. 


          “Abang, Ayah ngajak sarapan bareng, “ Panggil Iren dari luar kamar sambil sesekali mengetuk pintu kamar. 


          “Iya Dek, sebentar, ini mau keluar, “ Sahut Idan dari dalam kamar. 


          Tak berapa lama Idan pun keluar dari kamar, mata mereka beradu pandang, lalu mereka saling mengalihkan pandangan untuk menyembunyikan rona merah di wajah mereka. 


          “ Ayo Nak Idan, dicicipi masakan Iren. Nah pagi ini baru masakan Iren. Nanti kalau perutnya terasa sakit jangan ragu-ragu untuk bilang ya.” Canda Ayah lagi. 


          “Ih, Ayah mah gitu gak suportif, dikasih semangat gitu anaknya belajar masak, “ Omel Iren. 


          “Iya Nak... Ayah Cuma bercanda. Ayah senang Iren sudah mulai dewasa sekarang, sudah mau belajar masak, biasanya berkutat dengan buku saja... “ Kelakar Ayah Iren. 


          “Tuh kan, bercanda lagi. “ Iren benar-benar terlihat kesal. 


          “Ayo, duduk Dek. Kita mulai makan. Nantikalau ngobrol terus kapan sarapannya.” Sela Idan. 


          “Oh Iya, ya ... Ayo dimakan, “ Ajak Ayah yang langsung melahap nasi goreng buatan Iren. “Wah, tidak disangka nasi goreng buatan anak gadis Ayah ternyata enak sekali, “ Puji Ayah Iren. 


          “Seriusan Yah? Gak lagi becandain Iren kan?” Tanya Iren penasaran. 


          “Iya enak dek, Abang gak bohong, “ Idan menimpali. 


          “Alhamdulillah ... “ Iren tampak senang. 


          Setelah mereka selesai sarapan Iren tampak gelisah seperti ada yang ingin disampaikan pada Ayah dan Idan, setelah mengumpulkan keberanian akhirnya Iren membuka pembicaraan. 


          “Ayah, Bang Idan, Iren mau bilang sesuatu. Insyaallah, jika Ayah meridhoi dan Allah memudahkan dengan mengucap Bismillah, Iren menerima lamaran Bang Idan, “ Tutur Iren dengan yakin. 


          “Alhamdulillah ... “ Idan dan Ayah Iren berbarengan mengucapkan syukur. 


          “Terima kasih ya Dek, kamu menerima lamaran Abang, “ Tutur Idan yang dijawab dengan sebuah anggukan dari Iren. 


      “Ayah, izinkan Idan untuk meneruskan tugas Ayah dalam menjaga dan membimbing Iren sebagai imam dalam rumah tangga.” Pinta Idan yang dijawab Anggukan dan haru dari Ayah. 

Bersambung ... 


Comments

  1. Jadi penasaran lanjutannya, bagaiamana Iden selanjutnya ya

    ReplyDelete
  2. Ada juga nih Ireniiren lain di dunia nyata. Mereka harus baca ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. really? wah... apa Iren di dunia nyata juga lagi galau ???

      Delete
  3. Hai, Kak. Cerita sudah bagus, tapi ada beberapa hal yang harus diperbaiki, misalnya, penulisan sapaan dalam dialog. Untuk konflik sendiri, saya sepertinya belum menekukan hal yang membuat saya tertarik melanjutkan kisah Iren-Idan. Mungkin di part selanjutnya ada hal-hal spesial dari kisah mereka.

    Tetap semangat, ya!

    ReplyDelete
  4. Mau tanya mba, itu si idan kenapa nginep di rumah ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi Idan itu anak temen Ayahnya Iren di Desa, dia mau mendengar secara langsung jawaban lamarannya ke Iren. jadi waktu Ayahnya Iren pulang ke desa dan balik ke Bekasi dia ikut.

      Delete
  5. jadi penasaran sama endingnya...

    ReplyDelete
  6. uwu, suka gemas baca cerita2 roman begini.. Alurnya ngalir Kak, enak dibacanya, semangat terus ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masyaallah... makasih kak ... jadi tambah semangat kan jadinya heheh

      Delete

Post a Comment

Popular Posts