Day 4: Renjana untuk Syahidan
Sebuah Keyakinan
Siang itu setelah Idan selesai menelepon dan menyampaikan
niatnya untuk meminang Iren menjadi teman hidupnya Idan tak kuasa menahan rasa
haru yang membuncah dalam hatinya. Akhirnya ia mampu menyatakan perasaan yang
selama ini ia simpan untuk Iren. Tak ingin membuang-buang waktu, ia segera menemui
kakaknya yang pertama untuk menyampaikan bahwa ia memiliki niat untuk menikahi wanita
pujaan hatinya.
“Assalamualaikum Kak ...” Salam Idan saat ia memasuki
rumah kakaknya yang tak jauh dari rumah orang tuanya.
“Waalaikum salam, eh, Idan? Masuk ... ada apa Dan? Sepertinya
ada yang penting?” Tanya Kakak Idan – Rima sambil mempersilahkan masuk.
“Gini kak, Idan langsung saja ... Idan mau menikah Kak.”
Jawab Idan saat ia sudah duduk di sofa tamu.
“Sama siapa Dan? Memangnya ada yang mau sama kamu?” Tanya
Kak Rima sambil bercanda.
“Ah Kakak
ini ... Idan serius Kak.” Tutur Idan.
“Baiklah,
Kakak serius, tetapi kamu masih ingat persyaratan Bapak masalah kriteria wanita
yang akan kamu nikahi?” tanya Kak Rima memastikan.
“Iya Kak, Idan masih ingat. Wanita itu haruslah berasal
dari desa ini” Jawab Idan mantap.
“Lalu siapa wanita yang akan kamu nikahi?” tanya Kak Rima
lagi.
“Iren kak, Dia sekarang sudah semester akhir, dan ...
Idan sudah melamarnya siang ini melalui telepon” Jawab Idan lagi.
“Iren adiknya Ira anak Pak Indra? ” Tanya Kak Rima
memastikan.
“Iya kak, betul. Cuma ... Iren masih ragu dan mau
mendiskusikan hal ini dengan Ayahnya. Idan mau minta bantuan kakak untuk bilang
sama Bapak dan melamar langsung ke rumahnya Ayah Iren.” Jelas Idan.
“Tapi Pak Indra kan di Bekasi, gimana mau melamar
langsung?” tanya Kak Rima lagi.
“Ayah Iren kan cukup berpengaruh dalam politik di Bungo
meskipun sudah pensiun menjadi anggota DPRD tingkat Kabupaten Bungo. Idan yakin
dalam bulan ini beliau pasti diminta untuk kembali ke sini untuk menjadi
Penasehat Pemilihan Kepala Daerah.” Jawab Idan.
“Baiklah, Kakak akan bicarakan sama Bapak dulu dan mencari
informasi kapan Ayahnya Iren pulang.” Jawab Kak Rima lagi.
“Makasih ya Kak, semoga Allah memudahkan dan melancarkan
niat Idan ya Kak untuk menyempurnakan separuh Agama Idan dengan menikahi Iren.”
Tutur Idan dengan mata berkaca-kaca.
“Amin ... kamu jangan putus berdoa, minta sama Allah. Insyaallah
selama niat kamu baik akan dipermudah.” Balas Kak Rima.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, dua hari setelah Idan menemui
Kakaknya untuk berdiskusi mengenai permaslahan lamarannya pada Iren, Ayah Iren
pulang ke desa seperti yang telah diprediksi oleh Idan. Akhirnya Bapak Idan
beserta mamak (Paman ) Idan segera mengunjungi rumah Ayah Iren untuk
menyampaikan maksud mereka untuk melamar Iren secara langsung pada Ayahnya.
“Assalamualaikum ...” Salam Bapak Idan dan Mamaknya dari
luar rumah Ayah Iren.
“Waalaikum salam ... silahkan masuk Bang Mirza” Jawb Ayah
Iren sambil mempersilahkan masuk.
“Jadi saya langsung saja ya Pak In. Jadi kedatangan saya
dan Abang ke Rumah Pak Indra adalah untuk menyampaikan niat anak kami Idan untuk
melamar Iren.” Jelas Bapak Idan setelah duduk di sofa tamu.
“Alhamdulillah, saya tidak menyangka akan mendapatkan
kabar baik ini setelah pulang ke Desa. Kalau Bang Mirza datang dengan niat
baik, tentu saya menerima hal tersebut. Akan tetapi keputusannya saya serahkan
pada Iren karena nanti dia yang akan menjalani. Saya sebagai orang tua hanya
bisa mendoakan yang terbaik untuk anak saya.” Tutur Ayah Iren.
“Jadi Pak In, menerima lamaran kami?” Tanya Bapak Idan.
“Saya belum bisa menjawab dengan pasti Bang, setelah dua
minggu di sini saya akan kembali ke Bekasi, nanti akan saya tanyakan kepada
anak sayamengenai lamaran ini. Bagaimana?” Tanya Ayah Iren.
“Baiklah kalau begitu, saya akan tunggu kabar dari Pak In
ya.” Jawab Bapak Idan.
“Assalamualaikum ...,” Seseorang memberi salam dari luar
rumah Ayah Iren.
“Waalaikum salam ....,” Jawab Ayah Iren, Bapak dan Mamak
Idan bersamaan.
“Idan sudah dengar apa yang Pak In, Bapak dan Mamak
bicarakan. Kalau boleh Idan memberi saran, apa boleh Idan Ikut ke Bekasi untuk
mendengar langsung jawaban dari Iren
Pak?” Tanya Idan setelah masuk dan menyapa Ayah Iren.
Ayah Iren tampak berfikir sejenak, “Idan akan terima
apapun keputusan Iren Pak. Setelah mendengar jawaban Iren, Idan akan langsung
pulang. Idan akan minta cuti selama tiga hari.” Tutur idan.
“Baiklah jika itu keputusan Idan, Bapak akan memberimu kabar kapan kita kan kembali ke Bekasi.”
Jawab Ayah Iren.
Idan merasa cukup lega karena keluarganya mendukung
niatnya untuk segera menikah, kini ia serahkan keputusan hanya pada Allah
karena ia yang maha membolak-balikkan hati manusia. Satu hal yang ia harapkan
agar hati Iren terketuk dan mau menerima pinangannya.
Bersambung
...
Comments
Post a Comment