Day 15: Intinya Saya Jatuh Cinta
Sejak Bulan Juli 2020 yang lalu, semua emak-emak yang ada di jagat raya +62 ini selain digegerkan dengan virus Covid-19 yang tampaknya betah di negeri tercinta ini, juga heboh dengan kehadiran bunga yang tak berbunga ini. (Bingung kan?) Keindahan bunga ini tidak terletak pada Bunganya, akan tetapi daunnya. Setelah saya browsing ternyata Bunga ini termasuk Genus Aglaonema yang memiliki 30 spesies. Menurut saya tanaman ini memiliki nama yang familiar dan sangat Indonesia sekali, yaitu Sri rezeki bisa dibayangkan si Sri yang lemah-lembut dan santun itu? (Haha.. haha ...)
Inti dari tulisan ini tidak akan membahas jenis-jenis Aglaonema seperti yang pembaca harapkan. Maaf saya tidak akan memenuhi ekspektasi kalian. Akan tetapi saya akan bercerita tentang asal mula kenapa virus ini juga menghampiri saya. (Aduh, penting banget gak sih?) Baiklah, saya akan mulai saja tanpa berbasa-basi, mohon harap mengenakan sabuk pengaman, siapkan kantong kresek, jika anda mual-mual ketika membaca kisah ini silahkan lambaikan bendera putih tanda anda menyerah. (Haha ... gak mulai-mulai dari tadi)
Saya merasa semesta turut andil pada kisah cinta ini, semua orang mendukung dan memberikan peluang atau pun celah agar rasa ini datang dan langsung masuk ke relung hati. Sungguh, saya tak bisa berkata apa-apa ketika rasa ini memenuhi ruang di hati, intinya saya jatuh cinta.
Dulu, saya tak pernah sedikitpun tersentuh oleh keindahannya, bahkan secuil saja karena saya merasa tak cocok menanam apapun. Saya memiliki kepercayaan bahwa tangan saya ini panas, apapun yang saya tanam maka tidak akan tumbuh dengan baik, dan berkemungkinan besar akan mati. Pernah suatu kali Pak Suami bilang, "Dek, kalau ditanam bunga bagus mungkin taman sepetak ni ya?", saya hanya menanggapi seadanya lalu keesokan harinya membeli beberapa bunga, saya susun di depan rumah dan saya cuekin sampai akhirnya si bunga menyerah dan mati. Sungguh kejam saya pada saat itu.
Namun, kali ini sangat berbeda, tanpa ada yang memaksa, saya mulai menapaki dunia tanam-menanam bunga. Dari mencari bunga dengan cara meminta para siswi untuk mencarikannya untuk saya, mendapat bunga hibah dari kepala sekolah saya yang memang penyuka bunga dan membeli ke toko bunga, tapi jarang saya lakukan sih, kapok. Saya mulai menyisihkan uang untuk membeli pot bunga, mencari media tanah untuk menanam dan pelan-pelan saya tanam dengan penuh cinta, setiap satu kali dalam sehari saya siram bunga-bunga tersebut secara rutin dan berkelanjutan.
Dan hasilnya, tadaaaaaaa .... happy sekali ketika melihat baby-baby ini tumbuh dengan sehat dan subur. Serasa tak percaya saja akhirnya saya mampu menanam dan merawat dengan sepenuh hati.
Penasarankan, apa yang bisa membuat saya bisa bersikeras untuk terus mempertahankan mereka tetap di sisi saya? Cekidot!
"Pantang ditantang"
Ketika saya memberi tahu Pak Suami bahwa saya ingin menanam bunga-bunga, saya bukannya mendapatkan dukungan akan tetapi tantangan darinya.
Saya masih ingat dia berkata, "Yakin Dek? Paling-paling nanti kamu cuekin lagi sama kayak waktu itu, sampe bunganya mati sendiri." "Masa gitu toh yank, tanggapannya." aku langsung menggerutu.
Sejak percakapan saya dengan Pak Suami saat itu, saya menguatkan tekad, tantangan sudah diterima. Pantang ditantang, pokoknya saya harus bisa menunjukkan pada Pak Suami bahwa saya tak seperti yang dulu lagi dan saya sudah berubah.
"Menyusun strategi dan jadwal"
Agar rencana saya ini berhasil maka saya mulai menyusun strategi, saya membeli paving blok untuk menyiasati rumput yang memakan waktu jika dibersihkan secara manual. setelah menyusun paving blok saya mulai membeli beberapa pot bunga yang baru, beberapa yang belum ada potnya saya tanam di dalam polibag. Setelah itu saya juga membuat jadwal menyiram bunga satu kali sehari. Terkadang saya menyiram dipagi hari, tetapi lebih sering sore karena pagi tidak akan terkejar waktu untuk berangkat ke sekolah.
"Konsisten"
Ternyata, dugaan dan kepercayaan saya bahwa tangan saya panas hanyalah alasan untuk menutupi kemalasan saya saat itu untuk menanam bunga. Buktinya sekarang, setelah begitu rutin dan berkelanjutan saya menyiram bunga, mematahkan opini tak beralasan itu. Ternyata inti dari permasalahan itu adalah konsistensi. Saya memiliki pemahaman baru, bahwa jika kita menekuni sesuatu dan melakukannya secara konsisten saya yakin melalui izin Allah pasti berhasil. Seperti yang saya rasakan sekarang.
Kini, memandangi bunga-bunga setiap sore atau pun di kala hati sedang gusar bisa menenangkan hati dan perasaan. Terapi gratis tanpa mengeluarkan biaya, cukup duduk diam sambil memandangi bunga-bunga yang tumbuh dengan subur sambil bersyukur "Masyaallah ... nikmat tuhan-Mu yang mana lagi yang kau dustakan?"
Intinya, saya jatuh cinta ...
Comments
Post a Comment