Day 2: Renjana untuk Syahidan

Ada Namamu dalam Doaku



Iren tampak sedang celingak-celinguk mengawasi sebuah warung di depan rumahnya, malam itu ia melihat sosok pria yang sudah lama ia nanti. Pria itu hanya bisa ia temui saat libur sekolah tiba. Saat itu Iren masih duduk di tingkat Sekolah Menengah Atas. Saat Iren sudah memastikan motornya terparkir di depan warung cepat-cepat ia berlari untuk jajan, jantungnya berdegup kencang saat ia berpapasan dengannya. Syahidan—Pria yang selama ini ia suka, tetapi hanya bisa memendam rasa, menyapanya saja ia tak kuasa.

“Eh, ada dek Iren. Mau jajan ya?” sapa Idan.

“Uhm, I... i..ya Bang.” Jawab Iren terbata-bata.

“Sekarang Iren sudah kelas berapa?” tanya Idan lagi.

“Sudah kelas XI SMA Bang.” Jawab Iren lagi sambil berusaha menghindari tatapan mata Idan yang membuatnya tersipu malu. “Iren pamit dulu ya Bang, sudah malam, takut ayah nyariin.” Pamit Iren.

“Oh, iya ... selamat beristirahat ya Dek.” Balas Idan.

“Iya, Bang, makasih.” Jawab Iren singkat.

Malam itu merupakan malam yang tak bisa Iren lupakan, rasa suka yang hanya bisa ia pendam saat itu ia ungkapkan melalui doa pada setiap sujudnya, semoga Allah selalu melindungi pria istimewanya di mana pun berada. Dua minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Bang Idan, di sekolah ia mendapatkan kabar yang berhasil mematahkan hatinya. Pria yang ia suka ternyata telah menjalin hubungan dengan teman sekelasnya yang terkenal suka gonta-ganti pacar. Iren tak habis pikir, kenapa Idan bisa jatuh hati pada wanita seperti itu? Masih banyak wanita baik-baik yang bisa ia pacari selain temannya itu. Sejak saat itu Iren berusaha untuk mengubur rasanya pada Idan dalam-dalam.

***

Tak ada siapa pun yang dapat mengetahui rencana indah Allah, setelah Iren sekeluarga pindah ke Bekasi 4 tahun yang lalu, di semester akhir studinya ia kembali dipertemukan dengan Syahidan melalui sosial media. Ternyata selama ini Iren selalu stalking sosial media milik Idan, ia mencari tahu bagaimana keadaan Idan dan dengan siapa ia sedang menjalin hubungan. Sampai akhirnya Iren membaca status Idan yang sepertinya sudah putus dengan kekasihnya. Hal yang tak disengaja terjadi malam itu, saat Iren sedang asyik stalking dan melihat-lihat informasi pribadi milik Idan, tanpa sengaja Iren memencet nomor telepon Idan yang ternyata langsung tersambung. Iren terkejut bukan kepalang dan berusaha untuk mematikan panggilan yang ternyata sudah tersambung lebih dulu.

“Halo assalamualaikum ... dengan siapa di sana?” jawab Idan dari ujung telepon.

“Wa ... wa ... a ... laikum ... salam ..., i .. iya... ini Iren bang, apa masih ingat? Iren Adiknya Kak Ira.” Jawab Iren terbata-bata.

“Oh, iya... Abang ingat. Umm... nanti Abang telepon lagi ya Dek, Abang lagi nyetir mobil. Nanti setelah sampai di rumah Abang telepon. Wassalamualaikum ...” Jelas Idan.

“Oh, iya Bang. Waalaikum salam” jawab Iren.

Sejak kejadian tersebut, Iren dan Idan saling bertukar kabar sampai akhirnya Idan memberanikan diri untuk melamar Iren.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, Ayah Iren yang ditunggu belum juga datang. Iren sampai tertidur menunggu kepulangan Ayahnya. Sebuah panggilan masuk membangunkan Iren.

“Assalamualaikum, nak ... maaf ya Ayah 15 menit lagi sampai di rumah, ini tadi mampir dulu ke tempat teman Ayah” Jelas Ayah Iren.

“Iya yah, Oh ya jangan lupa belikan Pecel Lele di depan komplek ya Yah, Iren belum makan.” Tutur Iren.

“Iya nanti Ayah belikan. Wassalamualaikum.” Ujar Ayah Iren menutup pembicaraan.

“Waalaikum salam ...” Balas Iren.

  Iren memeriksa waktu, sudah pukul 11 malam. Ia teringat bahwa ia belum Salat Isya, cepat-cepat ia mengambil wudhu dan menunaikan kewajibannya. Tak lupa ia tambah dengan Salat Tahajud sambil bermunajat kepada Allah agar ia diberikan secercah jalan keluar atas keraguan dan kebimbangan dalam hatinya, apakah harus menerima lamaran Idan atau memintanya menunggu. Saat Iren selesai melaksanakan Salatnya bunyi klakson mobil terdengar dari luar pagar. Iren segera berlari untuk membuka pintu pagar, dalam benaknya ia akan segera memberi tahu Ayah tentang lamaran Idan setelah menghabiskan Pecel Lele yang Ayahnya beli.

Saat Iren membuka pintu pagar dan mobil Ayahnya masuk ke garasi, Iren terperanjat melihat sosok yang keluar dari mobil Ayahnya. Dua minggu yang lalu pria yang melamarnya kini berada tepat di depan matanya, membuat Iren tak bisa berkata apa-apa bahkan rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan hilang entah kemana karena kehadiran Syahidan di hadapannya.

Bersambung ...


Comments

Post a Comment

Popular Posts