Day 20 : Novelet Pertama untuk Pak Bupati

          "Gimana Za? Bisa?" Ujar Suara dari balik telepon Genggam yang membuyarkan lamunanku.

            "Insya Allah Bisa Bu." Jawabku yakin.

            "Oke, jam 7.30 wib sudah di Aula Diknas Bungo ya. Assalamualaikum Wr. Wb. Klik." Pembicaraan kami pun akhirnya terputus.

           Hari ini aku merasa sangat dilema, karena harus memilih di antara dua pilihan yang tak tak bisa kujalani keduanya. Ayah mertuaku sakit dan sore ini akan dibawa berobat ke Bungo, dilain pihak rekan kerja yang sudah seperti kakak sendiri malam ini 7 hari kepergian ibundanya dan beberapa hari sebelumnya sudah berjanji bahwa aku akan menginap di rumahnya.

           Aku pun sudah berdiskusi dengan Pak Suami, ia menyerahkan keputusan kepadaku yang membuatku semakin dilema. Akhirnya pak suami berkata," Nanti abang yang akan menjemput dan mengantar Bapak, adek gak usah khawatir, masih ada Kakak dan Uni yang akan mengantar. Pergilah ke tempat Mbak, titipkan salam abang karena tidak bisa ikut hadir 7 hari Mbah."

        Meskipun Pak Suami sudah memberikan izin tetapi hati ini masih merasa gelisah sendiri. Aku mencoba untuk menghilangkan pikiranku dan menikmati keberadaanku di desa tempat Mbah tinggal, sangat asri, tenang dan damai. Ditemani kakak sepupu, Bu Kepsek serta Zora yang kebetulan kemarin menginap di rumah dan hari ini pun harus terdampar di sini ikut mengunjungi pemakaman Mbah. Kami membacakan yasin dan mengirimkan doa agar beliau tenang dan di tempatkan di syurga-Nya. Syahdu, haru dan tak terasa air mata berlinang mengingat kenangan bersama Mbah, semasa ia masih ada. (Ini mata kenapa mulai terasa panas ya) 😢

           Saat acara berlangsung di malam hari, kami (Aku, Kakak Sepupu, Bu Kepsek dan Zora) beristirahat di rumah besan Kakaknya Mbak, rasanya tubuh ini letih dan ingin berbaring. Ketika malam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib, dan kami tak jua kunjung terlelap sebuah panggilan masuk ke telepon genggam Bu Kepsek, lalu ia menyerahkan telepon genggamnya kepadaku. Ternyata itu adalah panggilan dari Bu Ena Kepala Sekolah SMPN 6 Tanah Sepenggal Lintas.

            Aku seperti bermimpi di siang bolong, sempat ternganga sesaat, jika tak segera menyadarkan diri mungkin akan ada yang mengalir di ujung bibir saat adegan ternganga itu terjadi, (pasti yang baca ikut membayangkan yaaa... 😂) tetapi aku langsung mengendalikan diri sesegera mungkin. Seperti bermimpi di siang bolong, aku ulangi supaya ada iringan musik "Jeng, Jeng .......", Beliau memberi tahu bahwa pada saat acara menyambut Hut PGRI besok Jum'at, 25 September di aula Diknas akan ada acara penyerahan Karya Guru kepada Bapak Bupati Bungo. Beliau ditugaskan untuk mencari dua nama guru, dan langsung teringat padaku.

        Allahu Akbar!!! It's like a dream come true, seriusan...! Aku kalau gak malu sama Kakak Sepupu, Bu Kepsek dan Zora mungkin sudah  mewek. Dulu, aku masih ingat pada saat Bu Ena diberikan penghargaan oleh Pak Bupati karena ia guru penulis, aku sempat berdecak kagum padanya dan berdoa di dalam hati, "Ya Allah, semoga suatu hari nanti aku akan punya kesempatan yang sama bisa memberikan bukuku pada Pak Bupati."

    

    Berdoa saja dengan sepenuh hati, kita tak kan pernah tahu doa mana yang Allah kabulkan dan dengan cara apa. Percayalah, Aku sudah membuktikan bahwa Allah itu Maha Baik, Ia selalu tahu apa yang terbaik untukku.

        

            Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya ketika Bu Ena bertanya apakah aku bisa datang atau tidak. Setelah aku mengiyakan, permasalahan mulai berdatangan. Posisi saat ini aku sedang berada 50 km jauhnya dari rumah, jarak dari rumahku dan rumah Mbah ini sama dengan jarak dari rumah ku ke Bungo. Maka butuh waktu 2 jam supaya besok pagi aku bisa datang tepat waktu di Diknas. Berarti aku harus berangkat paling lambat pukul 05.30 wib besok hari dari rumah Mbah. Baiklah, permasalahan terpecahkan karena besok kami telah sepakat akan berangkat setelah Salat Subuh.

            Keesokan harinya, rencana yang telah direncanakan dengan sangat matang pun jika Allah tak berkehendak bisa tertunda dalam sekejap mata. Tepat 15 menit sebelum subuh, Hujan deras menerpa desa Mbah, akhirnya kami pulang satu jam lebih lambat dari rencana semalam, yaitu 06.30 wib. Tepat Pukul 07.30 wib aku pun sampai di rumah dan tanpa pikir panjang, aku langsung mengganti pakaian dan memakai seragam PGRI, berdandan seadanya, menyabet jaket, mengambil beberapa buku untuk acara penyerahan, masker, dompet, handphone, charger, power bank, sepatu dan mengeluarkan motor. Segera setelah mengunci pintu rumah, aku mengucapkan bismillah lalu berdoa dalam hati semoga aku bisa datang tepat waktu dengan selamat di Aula Diknas Bungo hari ini.

            Selama di perjalanan aku tak pernah berhenti berdoa sambil komat-kamit, mataku fokus pada jalan dan kendaraan lawan, aku sangat tenang di atas motor scoopy kesayanganku itu. Aku dengan lincah menyalip mobil demi mobil yang ada di depanku. Setiap hembusan napas hanyalah doa agar perjalananku bisa selamat sampai tujuan. Meskipun cuaca tampaknya tak cukup mendukung karena di beberapa tempat hujan, tak membuat tekad ku berhenti. Aku tak berhenti meski hujan menerpa, di dalam hati aku berdoa agar cuaca agak sedikit bersahabat denganku. Akhirnya setelah terkena hujan lokal sebanyak tiga kali, perjalananku cukup lancar dan akhirnya sampai di Bungo.

            Namun aku terlalu cepat menyimpulkan bahwa aku sudah sampai di Bungo, padahal aku lupa doaku adalah sampai ke Aula Diknas dengan selamat. Pada saat aku kehilangan fokus, tiba-tiba sebuah kendaraan bermotor tampak memberikan lampu tanda ia akan belok ke kanan, namun agak terlambat sehingga motor ku yang sudah melaju dengan cepat tepat berada dibelakang kendaraan bermotor tersebut. Anehnya, saat aku berkata dalam hati," Aduh, jangan sampai aku tabrakan Ya Allah ..." lalu dengan tenang tangan kiriku mengerem dengan rem belakang tanpa niat untuk berhenti dengan mulus aku bisa melewati motor tersebut, malah motor itulah yang hampir menabrak mobil.

        Jantungku berdetak begitu kencang, tak henti-hentinya aku mengucap syukur dalam hati, "Allahu Akbar, terima kasih ya Allah sudah menyelamatkanku dari marabahaya".

Kiri Aku Kanan Pak Bupati H. Mashuri, S.P., M.E

Ini Momen ketika Beliau tanya, menulis selama berapa lama? saya jawab, 1 Bulan Pak.

Terima kasih ya Allah, atas kesempatan yang luar biasa  yang telah Kau berikan pada Hamba yang belum ada apa-apanya ini. Rasa haru, rasa bahagia membuncah di dada, saat nama, nama sekolah dan juga judul bukuku di sebutkan oleh MC. Semua pandangan tertuju padaku saat kaki yang mulai bergetar ini melangkah ke hadapan orang nomor satu di Kabupaten ini dan memberikan Novelet pertamaku untuk Bapak Bupati.


Seorang kakak berkata padaku, "Ketika kita terinspirasi oleh seseorang, lalu berusaha untuk menjadi yang terbaik seperti idola kita, maka tanpa sadar kita telah menginspirasi orang lain," Katanya lagi, ini yang membuat aku terharu, yaitu "Aku telah menginspirasinya," 


Epilog

Tepat 08.30 Wib aku tiba di Aula Diknas Bungo. Tak berapa lama, Bapak Bupati pun sampai di lokasi Acara. Alhamdulillah, acara berlangsung dengan lancar dan penuh syukur.

 

 

 

Comments

Popular Posts