Day 62: Sebuah Hasrat Memiliki

            Sebentar lagi saya dan Paksu akan merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-8. Alhamdulillah saya sangat bersyukur karena masih bisa bertahan sampai detik ini. Saya sering melihat di luar sana, dua orang saling cinta, seakan keserasian dan kecocokan itu takkan musnah, pada akhirnya berpisah dengan alasan ketidakcocokan. Aneh menurut saya, kalau alasannya sudah tidak cocok lagi kenapa dari awal memutuskan menikah? Kita dan pasangan memang berbeda, dibesarkan dan dididik dengan latar belakang keluarga yang berbeda, maka inilah tantangannya. Menyatukan dua kepala dan keluarga, mencari jalan tengah, bernegosiasi, berkomunikasi, apapun itu namanya. Jika sudah memutuskan untuk bersama terima apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan. Bagian yang kurang kita tambah, bagian yang berlebih kita syukuri. Saya sadar, rumput di halaman kita walau terlihat sama bentuk dan warnanya tentu berbeda makna dari sudut pandang yang melihatnya. Saya paham itu, jangan di bully ya. 🙈
            Dulu saat Paksu melamar, saya cukup ragu karena tidak punya bayangan tentang sebuah pernikahan itu seperti apa. Saat itu saya masih kuliah semester akhir, di dalam kepala saya adalah berharap bisa segera lulus kuliah dan cari kerja lalu membahagiakan kedua orang tua. Ternyata Allah punya versi lain dari membahagiakan kedua orang tua saya saat itu, yaitu menikah.  Alhamdulillah, meski tak semulus yang diharapkan, Paksu mampu membimbing saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amiin ... Semoga selalu sabar ya dalam membimbing istrimu yang kadang suka ngeyel 🙊.

            Saya masih ingat kata-kata Paksu beberapa hari sebelum menikah, ia bilang bahwa ia dengan segala kekurangannya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk saya, ia juga bilang bahwa dalam sebuah pernikahan permasalahan ekonomi biasanya menjadi permasalahan yang sering muncul dalam rumah tangga. Ia bilang bahwa ia tidak dibesarkan dengan harta melimpah, namun ia akan berusaha mencukupi kebutuhan saya semampunya, siapa yang tidak ingin membahagiakan istrinya namun semua butuh proses dan proses itu harus dilakukan bersama-sama.

            Pernikahan kami tentunya sama dengan pernikahan lainnya, ada problematika namun bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut, bersama-sama mencari solusi terbaik. Sejauh ini kami masih mampu mengatasi permasalahan yang timbul, tetapi tetap saja ada hal yang selalu mengganjal di hati, yaitu sebuah hasrat memiliki keturunan yang sampai detik ini belum jua kami dapatkan.

            Terkadang saya merasa sedikit berkecil hati, ketika orang-orang terdekat saya diberikan keturunan dengan mudah, mereka yang kehidupannya mungkin lebih sulit dibandingkan saya namun rezeki anaknya melimpah. Saya sering bertanya-tanya apakah saya belum pantas menjadi seorang ibu? Hasrat itu begitu besar sehingga terkadang saya lupa bersyukur kepada-Nya. Naudzubillahi minzalik ...

            Akhirnya beberapa hari yang lalu saya ungkapkan keinginan hati untuk mengasuh seorang anak dari teman saya. Paksu cukup lama tertegun mendengar penuturan perasaan saya yang terkadang merasa kesepian di rumah karena ia bekerja di luar kota dan pulang kerumah hanya dua kali dalam seminggu. 

            Ia memeluk saya erat-erat dan berkata bahwa saya harus sabar dan lebih banyak meminta kepada-Nya. Paksu masih ingin berusaha dan hal itu menyadarkan saya bahwa harus lebih banyak lagi meminta dan berusaha. Semoga di usia pernikahan kami yang ke-8 ini Allah ijabah hasrat terdalam kami untuk segera mendapatkan keturunan. 

Comments

Popular Posts