#Day29 : Ketika Hilal Cinta itu Datang

Aku masih kegirangan selepas bertemu Aisyah. Wajahnya nan syahdu, senyumnya nan ayu, sepertinya malam ini takkan lelap mataku terbayang wajah kekasih hatiku.

Seketika pintu kamarku dibuka, ibu datang dengan senyuman yang tak kalah manisnya.

"Ibu habis dari mana? Kok senyum-senyum gitu? Bagi-bagilah bu, sama Fahim"

"Kamu pasti tak percaya ibu habis dari mana"

"Emangnya ibu habis dari mana?"

"Kasih tau jangan?" Goda ibuku.

"Ya sudah kalau tidak mau kasih tau" Rajukku.

"Jadi ibu habis dari rumah Pak Umar, ayahnya Aisyah"

"Seriusan bu? Ngapain ibu kesitu?"

"Biasalah, silaturahmi ayahnya Aisyah kan kawan dekat Almarhum ayahmu"

"Iya si bu"

"Katanya ayah Aisyah besok dia mau ketemu kamu, udah lama gak ketemu katanya. Jadi besok pagi-pagi pakai pakaian rapi dan ikut ibu kerumah pak Umar"

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam, Mari masuk Bu Nina..."

"Iya pak Umar"

"Ini Fahim ya? Wah... Sudah mapan kelihatannya.

"Iya paman"

"Mari duduk, Isya... Buatkan minum untuk Bu Nina dan a' Fahim..."

Darahku mengalir deras, jantungku berdegup kencang. Apalagi ketika Aisyah sudah dihadapanku menghidangkan minuman. Ditambah lagi ia membubuhkan senyuman pada teh yang dihidangkan. Kujamin, teh ini akan jadi teh termanis yang pernah kucicipi.

"Jadi bagaimana bu Nina, rencana kita untuk Fahim dan Isya?"

Mataku terbelalak, jadi maksudnya apa ini? Aku masih mengikuti jalan cerita Ibu dan Paman Umar.

"Kalau saya terserah Isya, gimana nak?"

Aisyah merunduk dan tersenyum, "Isya terserah Bapak aja"

"Kalau Fahim bagaimana nak?", Tanya Ibu.

Aku berbisik pada ibu," Sebenarnya kita lagi bahas apa bu?"

Ibu tersenyum, kemudian mengajakku melipir ke dapur.

"Jadi sekarang tu Ibu mau melamar Aisyah untuk Fahim"

"Apa bu? Kok ibu gak bilang ke Fahim? Fahim bingung." Protesku.

"Jadi gimana? Apa batal saja melamar Aisyahnya"

"Eee... Jangan bu..."

"Terus, kamu maunya gimana? Kan baru lamaran saja, nanti kita rundingkan kedepannya mau bagaimana."

Aku berfikir selama lima menit, aku memang memendam rasa pada Aisyah, tapi kalau aku batalkan hilal cintaku sudah di ambang mata. Bismillah....

Kutatap ibu dengan yakin kuanggukkan kepala. Alhamdulillah, acara lamaran antara diriku dan Aisyah telah dilaksanakan. Cincin telah tersemat di jati manis Aisyah, tinggal menunggu rencana berikutnya. Setelah lebaran sepertinya Hilal cintaku akan menampakkan diri. Semoga dilancarkan. Amin...

Comments

Popular Posts