#Day27 : Amplop yang Tertukar

Lebaran sebentar lagi, terbayang senyum di wajah ibu di kampung ketika menyambutku pulang. Ada kebahagiaan menantiku di kampung, akan tetapi tepat tiga hari sebelum lebaran Perusahaan memecatku.

Kupandangi lamat-lamat tiga buah amplop di atas meja sebelum kuangkat barang-barangku di kantor. Dua buah amplop berwarna coklat berisi uang tolak dan THR, dan yang berwarna putih berisi surat pemecatan. Apa yang harus aku katakan pada ibu jika ia bertanya tentang pekerjaan.

Akhirnya kuhela nafas panjang dengan mengucap bismillah, ku tinggalkan kantor menuju kampung halaman. Biarlah masalah pekerjaan kucari nanti. Yang terpenting aku bisa pulang kerumah ibu merayakan hari raya bersama.

"Fahim ... Dimana diletakkan uang THR yang disebutkan semalam?" Raung ibu dari kamar.

"Di dalam laci bu, ambil saja setengah untuk persiapan lebaran" Jawabku dari bawah rumah.

Baru kuteringat bahwa surat pemecatan dari kantor juga berada di dalam laci, segera kukejar ibu keatas. Saat sudah berada di kamar aku melihat ibu tengah tertegun membaca sebuah surat. Aku tak tau bagaimana lagi akan menjelaskan semuanya pada ibu. Aku takkan tega melihat kesedihannya di hari nan fitri ini.

"Fahim, ibu tak menyangka bahwa kau telah ..."

"Maafkan Fahim ibu, Fahim tak ada bermaksud menutupi semua ini dari ibu. Fahim hanya mau mencari waktu yang tepat untuk memberitahu ibu.

Tiba-tiba saja ibu memelukku dengan suka cita. Aku kebingungan, apa ia bahagia aku sudah tidak bekerja?

" Ibu tak menyangka bahwa kamu menyimpan hati dengan Aisyah"

Aku melongok ketika tahu yang ibu baca ternyata surat terakhirku yang belum sempat kuberikan sebelum merantau untuk Aisyah.

Aku menepuk jidat, diantara senang ibu tak membaca Amplop berisi surat pemecatanku atau malu ternyata ibu malah membaca amplop berisi surat cintaku.

Comments

Popular Posts